KARYA ILMIAH
BAHASA INDONESIA
(Perkembangan Bahasa Anak Anak 6
Tahun Ke Bawah)
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
tugas
Mata Kuliah Bahasa Indonesia
DI SUSUN OLEH
Andi Ansyah :14521014
Dosen Pengampu
H. Saidina Ali
M.Pd
JURUSAN: DAKWAH
PRODI : Komunikasi Penyiaran Islam 1A
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM NEGERI CURUP
(STAIN CURUP) 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,dan hidayah hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Perkembangan Bahasa Anak Anak ini dengan baik.
Meskipun ini jauh dari sempurna
tapi penulis akan berusaha untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
lebih sempurna lagi.
Penulis
juga memohon untuk para pembaca ikut berpartisipasi dan tidak sekedar membaca
makalah ini tetapi untuk menambah wawasan dan pengetahuan, sangat juga di
butuhkan kritik dan saran nya yang bersifat membangun, Semoga makalah ini
bermanfaat bagi penulis sendiri maupun yang membacanya.
Curup, Bengkulu 18 Desember 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar ................................................................................................ i
Daftar isi........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang masalah........................................................................ 1
B.
Alasan
pembahasan masalah................................................................. 1
C.
Rumusan
masalah................................................................................. 1
D.
Tujuan
penelitian.................................................................................. 1
E.
Manfaat
penelitian................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
perkembangan bahasa......................................................... 3
B.
Tahap
tahap perkembangan bahasa anak.............................................. 3
C.
Faktor
faktor perkembangan bahasa anak............................................ 7
D.
Hambatan
perkembangan bahasa anak................................................. 8
BAB III METODE PELAKSANAAN DAN PENELITIAN
A.
Metode
dan diskripsi penelitian........................................................... 10
BAB IV HASIL PENELITIAN
A.
Hasil
dan dampak penelitian................................................................ 11
B.
Kendala
dan faktor pendukung penelitian........................................... 12
C.
Alternatif
pengembangan dan pembahasan.......................................... 13
BAB V PENUTUP
A.
Simpulan............................................................................................... 14
B.
Saran
.................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Perkembangan merupakan suatu perubahan yang berlangsung
seumur hidup dengan bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi
dan kemandirian.
Penulis Menyarankan Orang tua sebaiknya selalu
memperhatikan perkembangan tersebut, sebab pada masa ini, sangat menentukan
proses belajar. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi contoh yang baik,
memberikan motivasi pada anak untuk belajar dan sebagainya.Oleh karena itu penulis
sengaja mengangkat tema yang berkaitan dengan peerkembangan bahasa pada manusia
khusunya pada anak-anak yaitu “Perkembangan Bahasa Anak”.
B. Alasan Pembahasan Masalah
Perkembangan bahasa pada anak usia dini sangat penting
karena dengan bahasa
sebagai dasar kemampuan seorang anak akan dapat meningkatkan
kemampuan
kemampuan yang lain. Sehingga perlu perhatian khusus bagi
perkembangan bahasa
anak.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, yang menjadi pokok
permasalahan dalam makalah ini adalah :
1. Apa
hakikat perkembangan bahasa ?
2. Apa
saja tahap-tahap perkembangan bahasa anak ?
3.
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak ?
4. Apa
saja hambatan dan kesulitan dalam perkembangan bahasa anak ?
D. Tujuan
Penelitian
Tujuan ini
sangat berguna bagi penulis maupun pembaca nanti nya, untuk bisa Memahami
lebih dalam lagi dan memperjelas hakikat tentang perkembangan bahasa anak anak
di dalam kehidupan sehari hari nya.
E. Manfaat
Penelitian
Penulis memanfaatkan
penelitian ini untuk mengetahui perkembangan-perkembangan anak pada tiap fase,dan mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan bahasa anak anak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Perkembangan Bahasa
Perkembangan
bahasa merupakan kemampuan khas manusia yang paling kompleks dan
mengagumkan.Kemampuan berbahasa anak tidak diperoleh secara tiba-tiba atau
sekaligus, tetapi bertahap.Kemajuan berbahasa mereka berjalan seiring dengan
perkembangan fisik, mental, intelektual, dan sosialnya.Perkembangan bahasa anak
ditandai oleh keseimbangan dinamis atau suatu rangkaian kesatuan yang bergerak
dari bunyi-bunyi atau ucapan yang sederhana menuju tuturan yang lebih kompleks.
B. Tahap-tahap
Perkembangan Bahasa Anak
Tahapan perkembangan bahasa anak dapat dibagi atas:
1. Tahap Pralingustik (0 – 12 bulan)
Sebelum mampu mengucapkan suatu
kata, bayi mulai memperoleh bahasa ketika berumur kurang dari satu tahun.Namun
pada tahap ini, bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan anak belumlah
bermakna.Bunyi-bunyi itu berupa vokal atau konsonan tertentu tetapi tidak
mengacu pada kata atau makna tertentu. Untuk itulah sehingga perkembangan
bahasa anak pada masa ini disebut tahap pralinguistik (Tarigan, 1988; Tarigan
dkk., 1998; Ellies dkk.,1989). Bahkan pada awalnya, bayi hanya mampu
mengeluarkan suara yaitu tangisan.Pada umumnya orang mengatakan bahwa bila bayi
yang baru lahir menangis, menandakan bahwa bayi tersebut merasa lapar, takut,
atau bosan.Sebenarnya tidak hanya itu saja terjadi.
Para peneliti perkembangan
mengatakan bahwa lingkungan memberikan mereka halangan tentang apa yang
dirasakan oleh bayi, bahkan tangisan itu sudah mempunyai nilai komunikatif.
Bayi yang berusia 4 – 7 bulan biasanya sudah mulai mengahasilkan banyak suara
baru yang menyebabkan masa ini disebut masa ekspansi (Dworetzky, 1990).
Suara-suara baru itu meliputi: bisikan, menggeram, dan memekik. Setelah
memasuki usia 7 – 12 bulan, ocehan bayi meningkat pesat dikenal dengan masa connical.
2. Tahap
Satu-Kata (12 – 18 bulan)
Pada masa ini,
anak sudah mulai belajar menggunakan satu kata yang memiliki arti yang mewakili
keseluruhan idenya.Satu-kata mewakili satu atau bahkan lebih frase atau
kalimat.Kata-kata pertama yang lazim diucapkan berhubungan dengan objek-objeknyata
atau perbuatan.Kata-kata yang sering diucapkan orang tua sewaktu mengajak
bayinya berbicara berpotensi lebih besar menjadi kata pertama yang diucapkan si
bayi.
Memahami makna
kata yang diucapkan anak pada masa ini tidaklah mudah.Untuk menafsirkan maksud
tuturan anak harus diperhatikan aktivitas anak itu dan unsur-unsur
non-linguistik lainnya seperti gerak isyarat, ekspresi,dan benda yang ditunjuk
si anak.Mengapa begitu?Menurut Tarigan dkk, (1998)ada dua penyebab, yaitu
sebagai berikut.
Pertama,
bahasa anak masih terbatas sehingga belum memungkinkan mengekspresikan ide atau
perasaannya secara lengkap. Keterbatasan berbahasanya diganti dengan ekspresi
muka, gerak tubuh, atau unsur-unsur nonverbal lainnya.
Kedua,
apa yang diucapkan anak adalah sesuatu yang paling menarik perhatiannya saja.
Sehingga, tanpa mengerti konteks ucapan anak, kita akan kesulitan untuk
memahami maksud tuturannya.
Walaupun memahami makna kata yang
diucapkan anak pada masa ini tidaklah mudah, tetapi komunikasi aktif dengan si
anak sangat penting dilakukan. Untuk dapat berbicara, anak perlu mengetahui
perbendaharaan katayang akan disimpan di otaknya dan ini bisa didapat ketika
orang tua mengajak bicara. Selain itu, yang perlu diperhatikan dalam menghadapi
anak yang memasuki usia ini adalah“jangan memakai bahasa bayi untuk anak-anak,
melainkan dengan orang dewasa.” Maksudnya, ucapkanlah dengan bahasa yang
seharusnya di dengar sehingga si anak juga terpacu untuk berkomunikasi dengan
baik.
3. Tahap dua-kata (18 – 24 bulan)
Pada masa ini, kebanyakan anak sudah
mulai mencapai tahap kombinasi dua kata. Kata-kata yang diucapkan ketika masih
tahap satu kata dikombinasikan dalam ucapan-ucapan pendek tanpa kata penunjuk,
kata depan, atau bentuk-bentuk lain yang seharusnya digunakan. Pada tahap dua
kata ini anak mulai mengenal berbagai makna kata tetapi belum dapat menggunakan
bentuk bahasa yang menunjukkan jumlah, jenis kelamin, dan waktu terjadinya
peristiwa. Selain itu, anak belum dapat menggunkan pronomina saya, aku, kamu,
dia, mereka, dan sebaginya.
4. Tahap banyak-kata (3 – 5 tahun)
Pada saat anak mencapai usia 3
tahun, anak semakin kaya dengan perbendaharaan kosakata. Mereka sudah mulai
mampu membuat kalimat pertanyaan, penyataan negatif, kalimat majemuk, dan
berbagai bentuk kalimat. Terkait dengan itu, Tompkins dan Hoskisson dalam
Tarigan dkk. (1998) menyatakan bahwa pada usia 3 – 4 tahun, tuturan anak mulai
lebih panjang dan tatabahasanya lebih teratur. Dia tidak lagi menggunakan hanya
dua kata, tetapi tiga atau lebih. Pada umur 5 – 6 tahun, bahasa anak telah
menyerupai bahasa orang dewasa.Sebagian besar aturan gramatika telah
dikuasainya dan pola bahasa serta panjang tuturannya semakin bervariasi. Anak
telah mampu menggunakan bahasa dalam berbagai cara untuk berbagai keperluan, termasuk
bercanda atau menghibur.
Seiring dengan perkembangan bahasa,
berkembang pula penguasaan anak-anak atas sistem bahasa yang dipelajarinya.
Sistem bahasa itu terdiri atas subsistem, yaitu: fonologi, morfologi,
sintaksis, semantik, dan pragmatic.
Perkembangan Fonologis
Sebelum masuk
SD, anak telah menguasai sejumlah fonem/bunyi bahasa, tetapi masih ada beberapa
fonem yang masih sulit diucapkan dengan tepat. Menurut Woolfolk (1990) sekitar
10 % anak umur 8 tahun masih mempunyai masalah dengan bunyi s, z, v. Hasil
penelitian Budiasih dan Zuhdi (1997) menunjukkan bahwa anak kelas dua dan tiga
melakukan kesalahan pengucapan f, sy, dan ks diucapkan p, s, k.
Terkait dengan itu, Tompkins (1995) juga menyatakan bahwa ada sejumlah bunyi
bahasa yang belum diperoleh anak sampai menginjak usia kelas awal SD, khususnya
bunyi tengah dan akhir, misalnya v, zh, sh,ch. Bahkan pada umur 7 atau 8 tahun anak
masih membuat bunyi pengganti pada bunyi konsonan kluster. Kaitannya dengan
anak SD di Indonesia diduga pun mengalami kesulitan dalam pengucapan r, z,
v, f, kh, sh, sy, x, dan bunyi kluster misalnya str, pr, pada kata struktur
dan pragmatik.
Perkembangan
Morfologis
Afiksasi bahasa Indonesia merupakan
salah aspek morfologi yang kompleks. Hal ini terjadi karena satu kata dapat
berubah makna karena proses afiksasinya (prefiks, sufiks, simulfiks)
berubah-ubah. Zuhdi dan Budiasih (1997) menyatakan bahwa anak-anak mempelajari
morfem mula-mula bersifat hapalan. Hal ini kemudian diikuti dengan membuat
simpulan secara kasar tentang bentuk dan makna morfem. Akhirnya anak membentuk
kaidah. Proses yang rumit ini dimulai pada priode prasekolah dan terus
berlangsung sampai pada masa adolesen.
Perkembangan Sintaksis
Brown dan Harlon (dalam Nurhadi dan
Roekhan, 1990) berkesimpulan bahwa kalimat awal anak adalah kalimat sederhana,
aktif, afirmatif, dan berorientasi berita. Setelah itu, anak baru menguasai
kalimat tanya, dan ingkar. Berikutnya kalimat anak mulai diwarnai dengan
kalimat elips, baik pada kalimat berita, tanya, maupun ingkar. Sedangkan
menurut hasil pengamatan Brown dan Bellugi terhadap percakapan anak, memberi
kesimpulan bahwa ada tiga macam cara yang biasa ditempuh dalam mengembangkan
kalimat, yaitu: pengembangan, pengurangan, dan peniruan.
Dilihat dari segi frase, menurut Budiasih
dan Zuchdi (1997) bahwa frase verba lebih sulit dikuasai oleh anak SD dibanding
dengan frase nomina dan frase lainnya. Kesulitan ini mungkin berkaitan dengan
perbedaan bentuk kata kerja yang menyatakan arti berbeda. Misalnya ditulis,
menuliskan, ditulisi, dan seterusnya. Dari segi pola kalimat lengkap, anak
kelas awal cenderung menggunakan struktur sederhana bila berbicara. Mereka
sudah mampu memahami bentuk yang lengkap namun belum dapat memahamai bentuk
kompleks seperti kalimat pasif (Wood dalam Crown, 1992). Menurut Emingran siswa
kelas atas SD menggunakan struktur yang lebih kompleks dalam menulis daripada
dalam berbicara (Tompkins, 1989).
Perkembangan
Semantik
Selama periode usia sekolah dan
dewasa, ada dua jenis penambahan makna kata. Secara horisontal, anak semakin
mampu memahami dan dapat menggunakan suatu kata dengan nuansa makna yang agak
berbeda secara tepat. Penambahan vertikal berupa penambahan jumlah kata yang
dapat dipahami dan digunakan dengan tepat (Owens dalam Budiasih dan Zuchdi, 1997).
Menurut Lindfors, perkembangan semantik berlangsung dengan sangat pesat di SD.
Kosa kata anak bertambah sekitar 3000 kata per tahun (Tompkins,1989).
Kemampuan anak kelas rendah SD dalam
mendefinisikan kata meningkat dengan dua cara. Pertama, secara konseptual
yakni dari definisi berdasar pengalaman individu ke makna yang bersifat sosial
atau makna yang dibentukbersama. Kedua, anak bergerak secara sintaksis
dari definisi kata-kata lepas kekalimat yang menyatakan hubungan kompleks
(Owens, 1992).
Menurut Budiasih dan Zuchdi (1997),
anak usia SD sudah mampu mengembangkan bahasa figuratif yang memungkinkan
penggunaan bahasa secara kreatif. Bahasa figuratif menggunakan kata secara
imajinatif, tidak secara literal atau makna sebenarnya untuk menciptakan kesan emosional.
Yang termasuk bahasa figuratif adalah (a) ungkapan, (b)metafora,
(c) kiasan, (d) pribahasa.
Perkembangan Pragmatik
Perkembangan pragmatik atau
penggunaan bahasa merupakan hal paling penting dibanding perkembangan aspek
bahasa lainnya pada usia SD. Hal inipada usia prasekolah anak belum dilatih
menggunakan bahasa secara akurat, sistematis, dan menarik. Berbicara tentang
pragmatik ada 7 faktor penentu yang perlu dipahami anak (1) kepada siapa
berbicara (2) untuk tujuan apa, (3) dalam konteks apa, (4) dalam situasi apa,
(5) dengan jalur apa, (6) melalui media apa, (7) dalam peristiwa apa (Tarigan,
1990). Ke-7 faktor penentu komunikasi tersebut berkaitan erat dengan fungsi
(penggunaan) bahasa yang dikemukakan olehM.A.K Halliday: instrumental, regulator,
interaksional, personal, imajinatif, heuristik, dan informatif.
C. Faktor-faktor
Perkembangan Bahasa Anak
Secara rinci dapat diidentifikasi
sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu:
a.
Kognisi (Proses Memperoleh Pengetahuan). Tinggi rendahnya kemampuan kognisi
individu akan mempengaruhi cepat lambatnya perkembangan bahasa individu. Ini
relevan dengan pembahasan sebelumnya bahwa terdapat korelasi yang signifikan
antara pikiran dengan bahasa seseorang.
b.
Pola Komunikasi Dalam Keluarga. Dalam suatu keluarga yang pola
komunikasinya banyak arah akan mempercepat perkembangan bahasa keluarganya.
c.
Jumlah Anak Atau Jumlah Keluarga. Suatu keluarga yang memiliki banyak
anggota keluarga, perkembangan bahasa anak lebih cepat, karena terjadi
komunikasi yang bervariasi dibandingkan dengan yang hanya memiliki anak tunggal
dan tidak ada anggota lain selain keluarga inti.
d.
Posisi Urutan Kelahiran. Perkembangan bahasa anak yang posisi kelahirannya di
tengah akan lebih cepat ketimbang anak sulung atau anak bungsu. Hal ini
disebabkan anak sulung memiliki arah komunikasi ke bawah saja dan anak bungsu
hanya memiliki arah komunikasi ke atas saja.
e.
Kedwibahasaan (Pemakaian dua bahasa). Anak yang dibesarkan dalam keluarga yang
menggunakan bahasa lebih dari satu atau lebih bagus dan lebih cepat
perkembangan bahasanya ketimbang yang hanya menggunakan satu bahasa saja karena
anak terbiasa menggunakan bahasa secara bervariasi. Misalnya, di dalam rumah
dia menggunakan bahasa sunda dan di luar rumah dia menggunakan bahasa
Indonesia.
Dalam bukunya “Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja” Syamsu Yusuf mengatakan bahwa perkembangan bahasa
dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu: faktor kesehatan, intelegensi, statsus sosial
ekonomi, jenis kelamin, dan hubungan keluarga.
D.
Hambatan Perkembangan Bahasa Anak
Keterlambatan
berbicara tidak hanya mempengaruhi penyesuaian akademis dan pribadi anak,
pengaruh yang paling serius adalah terhadap kemampuan membaca pada awal anak
masuk sekolah.Banyak penyebab keterlambatan bicara pada anak.Salah satu
penyebab tidak diragukan lagi paling umum dan paling serius adalah
ketidakmampuan mendorong/memotivasi anak berbicara, bahkan pada saat anak mulai
berceloteh. Apabila anak tidak diberikan rangsangan (stimulasi) didorong untuk
berceloteh, hal ini akan menghambat penggunaan didalam berbahasa/kosa kata yang
baik dan benar.
Kekurangan
dorongan tersebut merupakan penyebab serius keterlambatan berbicara anak.
Anak-anak dari golongan yang lebih atau menengah yang orang tuanya ingin sekali
menyuruh mereka (anak) belajar berbicara lebih awal (cepat) dan lebih baik,
sangat kurang kemungkinannya mengalami keterlambatan berbicara pada
anak.Sedangkan anak yang berasal dari golongan yang lebih rendah yang orang
tuanya tidak mampu memberikan dorongan tersebut bagi mereka, apakah kekurangan
waktu/karena mereka tidak menyadari betapa pentingnya suatu perkembangan bicara
pada anak didik tersebut.
Gangguan/bahaya
didalam perkembangan bicara pada anak yaitu :
1.
Kelemahan didalam berbicara (berbahasa) kosa kata,
2.
Lamban mengembangkan suatu bahasa/didalam berbicara,
3.
Sering kali berbicara yang tidak teratur,
4.
Tidak konsentrasi didalam menerima suatu kata (bahasa) dari orang tua/guru.
Perkembangan berbicara merupakan suatu proses yang sangat
sulit dan rumit. Terdapat beberapa kendala yang sering kali dialami oleh anak,
antara lain:
1. Anak cengeng.
1. Anak cengeng.
Anak yang sering kali menangis dengan berlebihan dapat
menimbulkan gangguan pada fisik maupun psikis anak. Dari segi fisik, gangguan
tersebut dapat berupa kurangnya energi sehingga secara otomatis dapat
menyebabkan kondisi anak tidak fit. Sedangkan gangguan psikis yang muncul
adalah perasaan ditolak atau tidak dicintai oleh orang tuanya, atau anggota
kcluarga lain. Sedangkan reaksi sosial terhadap tangisan anak biasanya bernada
negatif. Oleh karena itu peranan orang tua sangat penting untuk menanggulangi
hal tersebut, salah satu cara untuk mengajarkan komunikasi yang efektif bagi
anak.
2.
Anak sulit memahami isi pembicaraan orang lain.
Sering kali anak tidak dapat memahami isi pembicaraan orang
tua atau anggota keluarga lain. Hal ini disebabknn kurangnya perbendaharaan
kata pada anak. Di samping itu juga dikarenakan orang tua sering kali berbicara
sangat cepat dengan mempergunakan kata-kata yang belum dikenal oleh anak. Bagi
keluarga yang menggunakan dua bahasa (bilingual) anak akan lebih banyak
mengalami kesulitan untuk memahami pembicaraan orang tuanya atau saudaranya
yang tinggal dalam satu rumah.
BAB III
METODE
PELAKSANAAN PENELITIAN
A.Metode dan diskripsi penelitian
Dalam metode penelitian penulis harus menyesuaikan dengan keadaan di
sekitar karena penelitian harus bersifat fakta dan bisa di buktikan kebenaran
nya.
Dalam
penelitian ini banyak yang dapat di ambil dalam
pembahasan terutama faktor faktor penghambat penelitian dalam
perkembangan bahasa anak anak.
Perkembangan bahasa pada anak usia
dini sangat penting karena dengan bahasa sebagai dasar kemampuan seorang anak
akan dapat meningkatkan kemampuan-kemampuan yang lain. Kemampuan berbahasa anak
tidak diperoleh secara tiba-tiba atau sekaligus, tetapi bertahap, dengan kata
lain metode penelitian ini adalah faktor utama untuk menyelesaikan suatu
masalah di dalam penelitian itu sendiri.
Metode ini sangat di butuhkan penulis
karena inti dari penelitian harus mengerti dulu metode metode nya supaya bisa
mendiskripsikan penulisan atau pembentukan kata.
Dalam
mendiskripsi penelitian penulis harus benar benar mengerti bahasa berkomunikasi
yang baik, karena itu akan mempermudah dalam penulisan kata kata yang
benar.
Inti dalam menulis diskripsi penelitian
ini, adalah penyusunan kata kata dalam bentuk membangun kepada orang tua untuk
lebih memperhatikan perkembangan anak nya dan mendidik anak nya dengan baik
supaya anak tersebut bisa berbicara yang baik dan lemah lembut.
BAB IV
HASIL
PENELITIAN
A.Hasil Penelitian Dan Dampak Penelitian
1. Hasil
Penelitian
Hasil penelitian perkembangan dari
bahasa anak anak adalah sebagai berikut:
Ø
Bahasa orang
tua sangat berpengaruh kepada anak anak balita 6 tahun ke bawah
Ø
Bahasa daerah
di kalangan masyarakat juga mempengaruhi perkembangan bahasa anak itu sendiri
Ø
Orang tua dan
guru pendidik harus mendidik anak anak dengan baik, supaya anak itu berbicara
yang baik dan benar
Ø
Dalam
berbicara kepada anak anak orang tua maupun guru pendidik nya tidak boleh
terlalu kasar karena mempengaruhi perkembangan bahasa anak anak tersebut
Ø
Dalam
meningkatkan berkembang nya bahasa anak orang tua maupun guru pendidik harus
lebih cendrung membawa pembicaraan itu yang baik baik supaya anak itu berakhlak
mulia.
2. Dampak
penelitian
Dalam perkembangan bahasa anak, orang
tua harus lebih mewaspadai pembicaraan anak anak nya.
Dalam
berbicara kepada anak, orang tua harus tegas dengan bicara baik dan benar
supaya anak tersebut mudah mengerti dan mengikuti alur pembicaraan.
Jika orang tua salah dalam mendidik
anak tersebut maka anak itu akan melonjat manja hingga dewasa. Karena perilaku
orang tua mempengaruhi perkembangan bahasa anak tersebut.
Jika orang
tua itu sendiri berbicara kasar kepada
anak tersebut, tentu dia akan meniru atau mengikuti nya karena anak itu
tidak tau apa apa dalam dirinya. Perkembangan bahasa anak anak bergantung
kepada orang tua dan yang ada di sekeliling nya.
Bahasa orang
tua dalam bicara tentu sangat erat hubungan dengan perkembangan bahasa anak
anak nya, karena orang tua itu lah yang harus meluruskan jalan bicara anak
tersebut.
Dampak penelitian yang penulis ambil
adalah apabila orang tua kurang memperhatikan perkembangan bahasa anak tersebut
dan terlalu memanjakan nya, maka anak itu akan melonjat kehendak semaunya,
menurut nya semua itu benar padahal orang tua salah dalam mendidik.
Contoh nya
pada anak 1,5 tahun kebawah pada saat baru mengeluarkan kata dalam berbicara,
tentu orang tua harus mengajarkan bicara dengan lancar, karena kalau orang tua
sendiri asal bicara semaunya tentu akan berdampak pada perkataan bahasa anak
tersebut, seperti pepatah “air hujan jatuh tidak jauh dari gentengnya” berarti
anak tersebut sangat bergantung kepada orang tua nya dalam berbicara maupun
berbuat.
Kalau anak
nya sendiri sudah bisa mengambil pembicaraan mana yang baik dan benar mudah
mudahan dia akan cepat mandiri.
B. Kendala Dan Faktor Pendukung Penelitian
Ø
Kendala dalam
penelitian
penulis kurang mengerti berkomunikasi bahasa rejang, itu penghambat
penelitian penulis dalam menindak lanjuti pembicaraan kepada anak dan orang tua
nya, karena penulis sendiri meneliti banyak anak anak kecil di sekitarnya yang
sudah berbicara bahasa rejang itu yang menghambat penulis dalam berkomunikasi
dengan anak tersebut.
Ø
Faktor
pendukung penelitian
Dalam penelitian faktor pendukung
penulis terutama buku da pena untuk mencatat hal hal yang di jelajah dalam berbicara kepada anak anak maupun
orang tua nya.
Orang tua dari anak tersebut juga
mendukung penelitian ini, guna untuk menyelesaikan
tugas karya ilmiah mata kuliah bahasa indonesia.
C. Alternatif pengembangan dan pembahasan
Ø
Dalam
pengembangan bahasa anak , orang tua sangat berperan penting dalam hal ini guna
meningkatkan cara bicara anak tersebut, itu karena anak anak tidak lepas dari
pelukannya orang tua nya sendiri.
Untuk meningkatkan perkembangan itu orang tua harus mendidik anak nya
dengan baik dan mengajari nya berbicara bahasa yang lemah lembut/halus. Agar
anak itu dewasa nya memiliki kepribadian yang baik terhadap bahasanya
berbicara.
Dalam
pembahasan kali ini, penulis menganjurkan kepada orang tua agar mendidik anak
nya dengan bicara bahasa lemah lembut agar mudah mudah menangkap pembicaraan
tersebut.
Karena orang
tua yang mengarahkan kemana anak itu akan melangkahkan kakinya dan juga cara
nya berbahasa bicara, kalau cara bicara orang tua nya kurang baik tentu anak
tersebut akan mengikuti alur cara bicara bahasa orang tua nya sehari hari. Itu
di karenakan anak balita atau masih di bawah umur belum tau mana yang benar dan
yang salah dalam berbicara/berbahasa.
Itu tergantung
kepada orang tua nya sendiri yang mendidik dalam bicara berbahasa yang baik
untuk di dengar dalam berkomunikasi. Lingkungan juga mempengaruhi perkembangan
bahasa anak anak yang di dengar oleh telinga ataupun yang di respon nya oleh
anak tersebut.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Perkembangan bahasa pada anak usia
dini sangat penting karena dengan bahasa sebagai dasar kemampuan seorang anak
akan dapat meningkatkan kemampuan-kemampuan yang lain. Kemampuan berbahasa anak
tidak diperoleh secara tiba-tiba atau sekaligus, tetapi bertahap. Tahapan dalam
perkembangan anak ada 4 tahap, yaitu : tahap pralinguistik, tahap satu
kata, tahap dua kata, tahap banyak kata. Seiring dengan perkembangan bahasa,
berkembang pula penguasaan anak-anak atas sistem bahasa yang dipelajarinya.
Sistem bahasa itu terdiri atas subsistem, yaitu: fonologi, morfologi,
sintaksis, semantik, dan pragmatik. Adapaun faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan bahasa adalah : kognisi, pola komunikasi dalam keluarga, jumlah
anak, posisi urutan kelahiran, kedwibahasaan.
B. Saran
Bagi seorang Orang tua sebaiknya lebih memperhatikan anak-anak usia dini
didalam berbicara dengan baik, karena berbicara yang baik untuk diajari kepada
anak sangatlah susah didalam menyebutkan kosa kata/pengucapan dengan sempurna
kepada anak didalam perkembangan bicara.
Pendidik perlu menerapkan ide-ide
yang dimilikinya untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak, memberikan
contoh penggunaan bahasa dengan benar, menstimulasi perkembangan bahasa anak
dengan berkomunikasi secara aktif. Anak terus perlu dilatih untuk berpikir dan
menyelesaikan masalah melalui bahasa yang dimilikinya. Kegiatan nyata yang
diperkuat dengan komunikasi akan terus meningkatkan kemampuan bahasa anak. Lebih
daripada itu, anak harus ditempatkan di posisi yang terutama, sebagai pusat
pembelajaran yang perlu dikembangkan potensinya.
DAFTAR PUSTAKA
Dworwtzky, John P. 1990. Introduction to Child Development.
New York: West
Publishing
Company.
Tarigan dkk., Djago dkk. 1998. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di
Kelas Rendah. Jakarta: Depdikbud.
Zuchdi, Darmiati dan Budiasih. 1997.
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
di Kelas Rendah. Jakarta: Depdikbud.
Owens, R.E. 1992. Language Development an Introduction.
New York:
Macmillan
Publising Company.
Harras, Kholid A. dan Andika Dutha Bachari. (2009). Dasar-dasar Psikolinguistik. Bandung:
UPI press.
Mar’at, Samsunuwiyati. (2005). Psikolinguistik: Suatu Pengantar. Bandung: Refika Aditama.
Ruqayyah. (2008). Pemerolehan Bahasa Anak Usia 4-6 Tahun
(Tinjauan tentang Jenis Tindak Tutur yang Dikuasai Anak Usia 4-6 Tahun, Studi
Kasus Anak Usia 4-6 Tahun di Taman Kanak-kanak Al-mustaqim).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar